Seberapa sering kamu mendengar kalimat “Konten adalah Raja”? Kalimat ini sering diungkapkan oleh para content marketer. Kalimat tersebut lahir karena kesadaran akan pentingnya keberadaan konten media sosial sebagai cara berkomunikasi di era sekarang.
Berawal dari sebuah konten, audiens akan mengenal tentang bisnismu. Selanjutnya, mereka terdorong berinteraksi denganmu dan lambat laun menjadi konsumen.
Namun, audiens kemungkinan hanya berinteraksi dengan konten yang menurut mereka menarik saja. Konten yang menarik tersebut bisa kamu ketahui melalui tahapan content analysis. Mari kenali lebih dalam tentang content analysis.
Content analysis adalah metode analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi pola komunikasi. Dalam konteks media sosial, untuk melakukan analisis ini diperlukan sumber data berupa postingan media sosial seperti tulisan, foto, video, dan suara.
Content analysis dapat dilakukan melalui dua cara yaitu secara qualitative dan quantitative. Perbedaan dari kedua metode ini terletak pada sumber data dan tujuannya.
Pada qualitative content analysis, sumber data didapatkan dari materi postingan media sosial untuk memahami keterhubungan konsep dari sebuah konten atau opini audiens. Sebaliknya, quantitative content analysis menggunakan data numerik seperti jumlah likes, shares, views, dan komentar untuk mengetahui hubungan sebab akibat dan menemukan rata-rata ketertarikan terhadap suatu konten.
Selain dari kedua metode di atas, terdapat metode lain yaitu thematic content analysis. Thematic content analysis hampir mirip dengan qualitative content analysis karena keduanya memiliki kesamaan yaitu menganalisis konten berdasarkan data qualitative.
Namun, apabila digali lebih dalam lagi kedua metode ini memiliki perbedaan. Thematic content analysis melihat konten secara lebih mendalam untuk memahami tren atau fenomenanya. Sebaliknya, qualitative content analysis berfokus pada frekuensi tema sebuah konten muncul.
Sebagai contoh, kamu dapat menyimak studi kasus tentang akun-akun bertema kesehatan yang menggunakan TikTok untuk mengkomunikasikan cara menghindari penularan Covid-19. Yachao Li, seorang peneliti bidang komunikasi, pada tahun 2020 menganalisis konten-konten yang mengumpulkan konten yang menggunakan keyword dan hashtag berkaitan dengan Covid-19 seperti ‘COVID-19’, ‘coronavirus’, ‘GoAwayCorona’ dan ‘GoAwayCoronaChallenge’.
Secara qualitative, konten dianalisis berdasarkan durasi video, topik, caption, bahasa, dan musik yang digunakan. Kemudian, metriks engagement, seperti views, likes, comments, dan shares digunakan untuk data quantitative.
Hasil yang didapatkan adalah konten TikTok bertema dance memiliki jumlah shares yang paling tinggi dibandingkan konten sejenis dokumenter, slideshow, dan animasi. Content analysis-nya adalah karena video dance menampilkan gerakan tubuh yang mudah ditiru yang diiringi musik yang ritmis sehingga lebih menarik dan meningkatkan jumlah shares.
Selain itu, konten yang mengangkat topik tentang cara mencegah penularan Covid-19 terbukti meningkatkan jumlah likes dan komentar pada akun-akun kesehatan. Content analysis-nya adalah karena konten tersebut berguna untuk audiens untuk mengurangi ketakutan terhadap bahaya Covid-19.
Untuk mendapatkan hasil analisis yang lengkap, kamu perlu melakukan qualitative dan quantitative content analysis. Kamu bisa memanfaatkan salah satu social media monitoring yang mengerti insight market lokal yaitu Matamaya.
Matamaya memudahkanmu dalam melakukan content analysis karena terdapat fitur untuk mengkategorikan konten berdasarkan content pillar-nya. Dengan begitu, kamu dapat mengetahui konten yang memiliki performa baik atau pun tidak.