Pada momen ini, sirup kerap menjadi primadona, terutama untuk berbuka puasa. Selain itu, sirup juga laris manis digunakan sebagai isian hampers Lebaran. Tak heran, apabila Marjan berusaha maksimal untuk menarik perhatian konsumen saat Ramadan.
Marjan diketahui konsisten mengeluarkan iklan hanya saat Ramadan dan strategi ini pun membawa keuntungan bagi Marjan. Salah satunya terciptanya persepsi bahwa jika iklan Marjan telah ramai berlalu-lalang di TV ataupun muncul di YouTube, artinya bulan Ramadan sudah dekat.
Selain memanfaatkan momen, iklan Marjan juga mempunyai ciri khas cerita fantasi berunsur Nusantara. Ciri khas ini membuatnya semakin menarik ditonton dan senantiasa diingat oleh audiens. Penasaran dengan analisis iklan Marjan selanjutnya? Simak sampai habis, ya!
Pada tahun 2024, Marjan mengangkat kisah tentang "Putri Hijau dan Desa Kehidupan" di episode pertama dan dilanjut dengan “Putri Hijau dan Ketamakan Tuan Jungkat” pada episode kedua. Iklan ini dikemas bak film superhero, yaitu dengan cerita kepahlawanan yang penuh keajaiban dan visual yang penuh animasi.
Tak heran, Marjan sampai mendapatkan sebutan "Marjan Cinematic Universe" dari audiens karena iklan-iklannya digarap begitu serius layaknya film dari studio ternama di Amerika Serikat, Marvel. Dimulai dari kemunculan teaser-nya yang dianggap menandakan Ramadan telah dekat, hingga versi lengkapnya kerap dihujani pujian audiens, seperti "keren" dan "bagus". Hal ini tercermin dari word cloud audiens YouTube Marjan pada periode 11 Februari-13 Maret 2024.
Iklan yang selalu ditunggu-tunggu tiap tahunnya ini mendapat sentimen positif sebesar 65.19%. Mayoritas audiens memuji tentang visualnya yang menarik karena penggunaan teknologi CGI. Tidak jarang pula mereka mengatakan bahwa munculnya iklan Marjan adalah pertanda bahwa Ramadan telah dekat sehingga menghasilkan sentimen netral sebesar 26.39%.
Namun, nampaknya Marjan perlu mengantisipasi karena audiens mulai menunjukkan kebosanan karena konsep iklan Marjan cenderung berulang tiap tahunnya. Beberapa audiens juga berpendapat bahwa konsep fantasi dan kepahlawanan ini jauh dari nuansa Ramadan.
Mereka lebih menyukai iklan Marjan terdahulu yang kerap menunjukkan unsur kebersamaan dan pedesaan sehingga membangkitkan rasa nostalgia. Hal ini tercermin dalam sentimen negatif sebesar 8.43% yang terpantau oleh Matamaya.
Iklan Marjan tidak pernah absen dibicarakan audiens setiap tahunnya, kira-kira apa rahasianya?
Nah, itulah analisis Matamaya dari segi percakapan audiens dan strategi iklan Marjan. Jika Anda juga ingin mengetahui percakapan audiens terhadap topik terkini, brand, ataupun kompetitor, Anda bisa memantaunya lewat social listening tools dari Matamaya.
Ingin mencobanya? Daftar sekarang, yuk!